MENGAPA DOAMU BELUM TERKABULKAN…?
Pada suatu hari Sayidina Ali
Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak
mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah
sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal
Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku perkenankan bagimu). Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya
hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan Delapan hal, yaitu :
Pertama, Engkau beriman kepada Allah,
mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak
ada mamfaatnya keimananmu itu. Kedua, Engkau mengatakan beriman kepada
Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka,
apalagi buah dari keimananmu itu?, Ketiga, Engkau membaca Al Qur’an yang
diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan. Keempat, Engkau
berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau
tentang ayat-ayatnya. Kelima, Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap
waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti
keinginanmu itu?, Keenam, Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang
diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya. Ketujuh,
Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan
itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya
syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan
bersahabat dengannya. Kedelapan, Engkau jadikan cacat atau kejelekkan
orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak
dicela daripada dia.
Nah, bagaimana mungkin do’amu
diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut.
Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar
ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.
Dalam riwayat lain, ada seorang
laki-laki datang kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat
dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”
“Bagaimana dua bunyi ayat itu?”
Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah
kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu
aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.
"Apakah engkau berpikir
bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far.
"Tidak," jawab orang
itu.
"Lalu ayat yang kedua
apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.
"Ayat yang kedua berbunyi
"Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun
raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] :
39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya.
"Apakah kamu berpikir
Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi.
"Tidak," jawabnya.
"Lalu mengapa?" Tanya
imam Ja'far.
"Aku tidak tahu,"
jawabnya.
Imam Ja'far kemudian
menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau
menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a
kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu. Adapun engkau berinfak tidak
melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau
infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun,
niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo'a
kepada Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a. Tentu Alah akan
menjawab do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."
"Apa yang dimaksud Jihad
Do'a?" sela orang itu.
Apabila engkau melakukan yang
fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah
ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan
bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang
memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat
Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas
segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat
sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan
Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa
yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau
perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya.
Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa
takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, "Ya
Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan
taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk
melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai.
Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali
dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku
berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," kata Imam Ja'far.
Endingnya, Umurmu bukanlah
milik NYA, tapi umur yang engkau gunakan untuk NYA adalah umurmu yang
sebanarnya.

Tentang doa.. hanya tentang waktu . Kapan benar2 kita membutuhkan apa yg kita punya dalam doa tsb . Karena Times respon masing2 orang sungguhlah berbeda .
BalasHapus