MEMBANGUN KARAKTER MASYARAKAT KREATIF, INOVATIF DAN PRODUKTIF



Tulisan ini tidak bermaksud merendahkan harkat dan martabat seseorang, akan tetapi hanya sekedar menyampaikan sari makna dalam ajaran islam yang perlu kita bumikan dalam kehidupan nyata baik untuk diri sendiri dan lebih-lebih kepada orang lain.
Ada sebuah fenomea sosial yang menarik untuk kita cermati terkait dengan banyakya para pengemis yang kita sudah sering melihat antriaya, baik yang datang kerumah-rumah, di tengah jalan ataupun yang sudah punya jadwal rutin yaitu pada hari jum'at, tatkala para jamaah selesai melaksanakan shalat Jum'at, mereka berbondong-bondong mencegat setiap orang untuk dimintai sedekah. Anehya hal ini bukan suatu yang tabu lagi bagi kalanga umat 1slam, mungkin karena selalu mendapat santunan yang sudah dapat menutupi sebagian kebutuhan hidup mereka ditambah mudahnya mendapatkan pekerjan ini sehingsa profesi sebagal pengemis pun menjamur dimana mana bahkan menjadi sumber mata pencaharian hidup Bahkan lebih mengejutkan lagi adanya berita di media massa tentang seseorang yang kaya raya di desanya yang ternyata profesi sesungguhnya adalah menjad pengemis di kota-kota besar.
Sesuatu yang paradoks seringkali terjadi dan menimbulkan salah paham terkait dengan adanya pernyataan “Jangan Memberi Sedekah Kepada Peminta-Minta" Kenapa kita dilarang memberikan sedekah pada mereka, padahal agama mengajarkan untuk selalu memberi sedekah bahkan Allah SWT telah menggambarkan berapa besarya pahala bagi orang yang suka bersedekah Sebaagaimana QS. Al-Baqoroh: 261
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS.Al-Baqarah:261)

Islam adalah agama yang bersifat universal dan komprehensif, tidak saja berbicara masalah ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala permasalahan sosial yang selalu dihadapi umat manusia, salah satunya adalah masalah pengangguran dan pengemis atau peminta-minta yang sangat dicela oleh Islam dan hal ini merugikan masyarakat, karena islam tidak mengajarkan demikian, Islam mengajarkan pola hidup aktif, kreatif, inovatif dan produktif dalam membangun masyarakat dan sumber daya manusianya.
Pertama, pengangguran dan pengemis menyebabkan tenaga manusia terbuang sia-sia, konsumtif, tidak produktif akibatnya mereka menjadi beban masyarakat. Kedua, pengangguran dan pengemis adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan merupakan wahana yang subur bagi tumbuh dan berjangkitnya berbagai macam kejahatan. Ketiga, pengangguran dan pengemis menjadikan manusia terjangkiti penyakit malas yang dilarang dalam Islam. Karena itulah Islam sangat menentang pengangguran dan mencela orang-orang yang tidak mau bekerja padahal sebenarnya mereka mampu bekerja.
Islam adalah agama yang kedatangannya sebagai Rahmatan Lil Alamin, selalu menganjurkan bagi setiap pengikutnya untuk memberikan sedekah. lslam sendiri mempunyai tujuan tertentu dalam bidang harta diantaranya adalah memberantas kemiskinan secara bertahap, melarang hidup dalam kehinaan, serta mendistribusikan keadilan secara merata. Islam mengajarkan selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang memerlukan tetapi Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi peminta-minta atau pengemis, bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah menjelaskan bahwa orang yang membawa tambang pergi ke gunung mencari kayu lalu dijual untuk makan dan bersedekah lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ

"Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya". (HR. Al-Bukhari)
Dan Rasulullah SAW sebagai proklamator islam telah memberikan uswah kepada kita agar jangan meminta pertolongan selama kita masih mampu untuk mengerjakannya. Bukan berarti kita ingin menghindari kewajiban kita sebagai muslim dan sebagai makhluk sosial, yang walau bagaimanapun di antara mereka yang meminta-minta tersebut memang pantas mendapatkan sedekah, tetapi kita hanya berhati-hati agar jangan sampai terjerumus dan terjebak pada orang orang yang hanya menggunakan pekerjaan mengemis sebagai “Topeng” dan menonjolkan kemiskinan. Terlebih lagi yang kita takutkan adanya anggapan bahwa Islam adalah agama bagi orang miskin dan kaum terbelakang.
Oleh karena itu marilah kita perkuat Himmah atau cita-cita, dan azzom atau komitmen kita untuk lebih aktif, kreatif, inovatif dan produktif dalam rangka untuk menjemput rezeki yang dianugerahkan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan kita. Hendaklah para dai atau pendakwah Islam atau bahkan para pembaharu kontemporer  tidak hanya membatasi dakwahnya dalam masalah ritual dan spiritual belaka, tapi Islam juga mengajarkan hubungan horizontal yaitu hubungan antara manusia, sehingga jika sistem keseimbangan yang diajarkan ini benar-benar diterapkan akan dapat menciptakan masyarakat yang baik atau Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Dari diskripsi ini kita dapat mengambil konklusi bahwa Islam sangat mencela orang yang tak mau berusaha dan hanya bisa meminta-minta, apalagi dengan berdalih bahwa pekerjaan mengemis dan kemiskinan itu sudah ditakdirkan Allah SWT. Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda:
يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

"Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, tentu Allah memberi rezeki kepadamu, seperti halnya Allah memberikan rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar, tetopi pulang dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, At-Timidzi dan lbnu Majah sahih, dan Al-Hakim dari Umat)
Kemudian bagi orang-orang kaya dan berkecukupan, jangan hanya bisa menumpuk harta dan berfoya-foya atau bahkan setiap tahun melaksanakan kegiatan keislaman seperti umroh dan lain sebagainya tanpa peduli bahwa di dalam harta mereka terdapat hak fakir miskin, dhuafa'dan orang yang hidup di dalam kekurangan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh surah Adz-Dzariyat ayat 19 yang berbunyi:
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian." (Q5. Adz-Dzariyat: 19). Maha benar Allah atas segala firman-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)