ANTARA KRITIK & CELAAN
![]() |
Terkadang
sulit diungkapkan karena memang sulit diterapkan. Kejernihan dan kekotoran hati
seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik, celaan, atau
penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya, niscaya akan
mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan memboroskan
waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan
cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau mencari dalih-dalih
untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya tersebut hanya akan
membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.
Persis
seperti orang yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di bawahnya ada
seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang
yang memberitahukan bahaya yang mengancam dirinya itu. Yang seorang
menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar.
Namun, apa yang terjadi? Setelah ia mendengar pemberitahuan itu, diambilnya
sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada ular namun kepada orang-orang
yang memberitahukan adanya bahaya tersebut.
Lain
halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika
datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun,
dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati karena
yakin betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi
dengan seijin Allah SWT.
Allah
tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya
dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang
terbentuk nasehat yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang
teman, bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun
bisa muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh,
atau siapa saja yang dikehendaki Allah.
Jadi,
kenapa kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan
keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar
syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu
memberitahu segala kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di
akhirat kelak.
Karenanya,
jangan aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika
dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan
keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan,
memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas
pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri,
tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak
menyukainya.
Bagi
kita yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada terhadap pemberitahuan
dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan berbagai bentuk. Ketahuilah, ada
tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik. Pertama, kritiknya
benar dan caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar, tetapi caranya
menyakitkan. Dan ketiga, kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.
Bentuk
kritik yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali
tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun, sekiranya sikap kita dalam
menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Karena,
sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.
Allah
SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka.
Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)
Ingatlah,
walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki
kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke
lembah kehinaan. Apalah artinya kekuatan sang mahluk dibandingkan Khalik-nya?
Manusia memang sering lupa bahwa qudrah dan iradah Allah itu berada di atas
segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takabur, seakan-akan dunia dan isinya
ini berada dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!
Allah
SWT telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali ‘Imran [3] :
26), falyataammal.....

Komentar
Posting Komentar