BELAJAR BERWIRAUSAHA KEPADA RASULULLAH SAW


Teladan Nabi Muhammad SAW yang bisa dicontoh oleh ummatnya sangatlah luas dan banyak ragamnya, nyaris tidak ada yang terlupakan sedikitpun dari sang baginda.  Masalah ibadah beliau panutannya, muamalah nabi juga mengajarinya, munakahah sang nabi mencontohkannya apalagi berkaitan dengan penegakan hukum Rasulullah adalah eksekutornya. Dan kesemuanya itu tidaklah datang secara tiba-tiba padanya melainkan dilakukan secara kontinu dan konsisten dalam masa-masa muda sampai wafatnya.
Salah satu contoh dari sang junjungan kita dan bahkan merupakan hal yang sangat patut direnungkan oleh umat Islam pada umumnya, yaitu persoalan leadership (kepemimpinan) dan kemampuan manajemen Nabi sebagai kepala negara. Dua hal ini yang terkadang terlupakan dan menjadi kendala bagi kemajuan umat sehingga dampaknya pun jelas, dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak tidak terbaca, tidak tergali secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah sinergi yang memiliki dampak besar bagi kemajuan umat, akibatnya kita sebagai muslim sepatutnya selalu terdepan karena kita mempunyai suri teladan yang mapan tapi justru kebalikannya ummat muslim selalu terbelakang dan tidak jarang selalu dikendalikan oleh orang luar, jawabanya hanya satu karena masyarakat muslim lemah leadership dan manajerial.
Kelemahan leadership dan manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman umat tentang sifat Rasulullah SAW. Terfokusnya kita hanya mengambil ibroh dan pelajaran kepada Rasulullah semenjak beliau menjadi nabi dan kurang tersentuh secara maksimal bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi. Salah satunya adalah dibidang berwirausaha Rasulullah.
Dari beberapa literatur yang kami baca, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan islam. Pada waktu Rasulullah masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang memang tidak tergolong kaya. Beliau mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing milik orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh pamannya ini.
Pada usia 12 tahunan, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama Abu Thalib pamanya. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota Mekkah.
Bisnisnya diawali dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah telah melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Inovasi bisnis yang sangat khas dari Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mendapat kepuasan yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah kepribadiannya. Ketika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri serta berwibawa. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Salah seorang pemilik modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan sistem kerjasama bagi hasil / Syirkah (Profit Sharing). Dan, subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian. Selama bermitra dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi. Semakin dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.
Dan yang paling perlu digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan kepada kemaslahatan ummat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasulullah SAW begitu monumental, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya. Itulah proses Rasulullah dalam berwirausaha sehingga menjadi teladan bagi ummat dan bermanfaat kepada Agama. Hasil adalah hal yang penting tapi mengikuti dan mempejari proses lebih penting. Barokallah..........

Komentar

  1. Mantaaaap pak .. Ini yang perlu dicontoh oleh kita krn beliau sukses menjadi eksekutif diusia 24 tahun
    Tentu prinsip2 bisnis Rasulullah yg perlu diteladani

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)