INDIKATOR "GAGAL" MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN



" Banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan pahala
dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…" (HR Bukhari dari Muslim)

Hari akan berganti minggu, minggupun akan berganti bulan dan tidak terasa detik demi detik akan menyelesaikan 10 hari pertama bulan penuh rohmah ini. Terasa keiatan puasa tahun ini sebagaimana puasa pada tahun-tahun sebelumnya hanya ruang dan waktu yang membedakannya. Atau bahkan tidak lebih baik daripada menahan tidak makan dan minum dari tahun sebelumnya karena saat ini bersamaan dengan ujian besar “ Pandemi Covid 19” yang menyita ummat islam dan sedikit tidak focus dengan ibadah puasanya. Namun oleh sebagian kecil kalangan, puasa di era ini adalah lebih menambah untuk mendekatkan diri sama sang Ilahi Robbi, sehingga di bulan suci ini tidak satu hembusan nafaspun terbuang sia-sia kecuali bersama-Nya.
“Suatu ketika di permulaan Ramadhan, baginda Nabi Muhammad SAW berpesan, "Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan-NYA di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Hadits ini sedikit memberikan penjelasan kepada kami bahwa dalam pelaksanaan ibadah puasa romadhon tidaklah segampang membalik telapak tangan kemudian mendapatkan Rohmah, maghfiroh dan dijauhkan dari api neraka sebagaimana hadits nabi yang lain. Akan tetapi hal ini terjadi semata-mata kewaspadaan ummatnya dalam menjalankan ibadah puasa dengan senantiasa menghindar diri dari perbuatan-perbuatan yang membuatnya pelakunya “Gagal” memperoleh kemulyaan bulan suci romadhon.
Hadits Rasulullah tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk menjauhi dan tidak terjerumus didalamnya. Apalah artinya bila kita melaksanakan ibadah puasa akan tepapi hanyalah meninggalkan kering pada kerongkongan dan lapar yang kita rasakan. Kegagalan, walaupun sebenarnya kegagalan seseorang dalam mendapatkan pahala puasa merupakan hak Prerogatif Allah
semata. Tapi setidak-tidaknya kita perlu berhitung dan memiliki neraca agar segenap amal ibadah kita bulan Ramadhan ini benar-benar istimewa dan berdampak positif menjadi pribadi yang lebih berkualitas dimata Agama dan sesama manusia.
Hal-hal yang Perlu diwaspadai dalam kegagalan mendapatkan keutamaan Romadhon ini adalah antara lain sebagai berikut; Pertama, Ketika kurang optimal melakukan "Warning Up" dengan memperbanyak ibadah sunnah di bulan-bulan sebelumnya termasuk bulan Sya'ban. Melakukan puasa romadhon ini ibaratkan melaksanakan perlombaan dalam sebuah olimpiade, pastinya yang dinyatakan lolos sebagai peserta olimpiade ini adalah orang-orang yang istimewa dengan berbagai prestasi sebelumnya. Ia sudah terbiasa melakukan pemanasan, Stretching, Warming Up, dengan begitu ia punya potensi meraih medali emas dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan persiapan puasa kita??apa yang sudah kita lakukan, sudahkah kita berpuasa sunah, memperbanyak ibadah, tilawah Qur'an sebelum Ramdhan, yang semuanya ini akan menjadikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa ini.
Kedua, Ketika target membaca Al-Qur'an yang dirancangkan sehari minimal satu juz dan sebulan 1 x khatam tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan. Dibulan ini pembacaan al-Qur'an merupakan bentuk ibadah istimewa dan sangat dianjurkan. Orang yang berpuasa di bulan ini sangat di anjurkan memiliki bacaan al-Qur'an yang  lebih baik dari bulan-bulan selainnya. Kenapa minimal harus dapat menghatamkan 1 kali sepanjang bulan ini ? karena memang itu adalah target minimal pembacaan al-Qur'an yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu, Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan dibulan ini.
Ketiga, Ketika berpuasa tidak menghalangi sesorang dari menjaga mulut seperti membicarakan keburukan orang, mengeluarkan kata-kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, berdusta dan lain sebagainya. “Keselamatan manusia ada pada mulutnya”. Hadits Nabi ini merupakan salah satu indicator kesuksesan seseorang baik dihadapan Allah ataupun dihadapan manusia lainnya. bahkan dalam sebuah hadits yang lain, nabi memberikan apresiasi dan reward kepada orang yang menjaga lisannya, bahwa : “Bau Mulutnya Orang Yang melakukan Puasa Dihari Hari Kiamat Nanti Lebih Harum Dari Minyak Misik”.
Keempat, Ketika berpuasa tidak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram. Puasa yang tidak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram, menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan dirinya. Karenanya boleh jadi puasanya secara hukum sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.
Kelima, Ketika malam-malam Ramadhan tak ada bedanya dengan malam-malam selain Ramadhan. Salah satu ciri khas malam bulan Ramadhan adalah Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghidupkan  malam dengan berbagai shalat sunnah dan do'a-do'a tertentu. Ibadah shalat malam di bulan Ramadhan yang biasa disebut tarawih, merupakan amal ibadah khusus di bulan ini. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga dibulan ini.
Keenam, Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hari hingga petang. Berbuka puasa dijadikan sebagai kesempatan "Balas Dendam". Bila terjadi seperti ini nilai puasa akan hilang. Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah unsur pendidikannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelampiasan nafsu yang dihempaskan pada saat berbuka puasa.
Ketujuh, Ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak berinfaq dan bersadaqah. Rasulullah seperti di gambarkan dalam sebuah hadits menjadi sosok yang paling murah dan dermawan di bulan Ramdhan, gemar membantu fakir miskin, dan memberi makan yatim piatu.
Kedelapan, Ketika hari-hari menjelang Idul Fitri sibuk dengan persiapan lahir, tapi tidak sibuk dengan memasok perbekalan sebanyak-banyaknya pada 10 malam terakhir untuk memperbanyak ibadah. Lebih banyak berfikir untuk merayakan Idul Fitri dengan berbagai kesenangan, tapi melupakan suasana akan berpisah dengan bulan mulia tersebut. Rasulullah menganjurkan memperbanyak beribadah berdzikir dan berupaya meraih keutamaan dimalam seribu bulan, saat diturunkannya al-Qur'an “ lailatul Qodar”. Karena peristiwa ini hanya terjadi dibulan romadhon.
Kesembilan, Ketika selesai Idul Fitri dan selanjutnya tidak bisa melanjutkan kebiasaan-kebiasaan baiknya dan bahkan kembali melakukan berbagai penyimpangan dan kemaksiatan sebelumnya. Fenomena ini sebenarnya hanya akibat pelaksanaan puasa yang tak sesuai dengan adabnya. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan menyikapi Ramadhan sebagai akhir dari segala-galanya tapi justru titik awal kebaikannya.
Sebagai bentuk langkah preventif, lebih baik terlambat daripada merencanakan kegagalan dibulan romadhon. Kita mem-Planning ulang kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan dibulan romadhon dengan sebuah target dan sasaran yang jelas sehingga secara ikhtiar manusia akan lebih baik dari sebelumnya dan insyallah predikat Khusnul Khotimah akan kita raih melalui media penuh kesabaran dan keistiqomahan. Jadikanlah ujian pandemi covid 19 ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dengan Stay At Home akan banyak peluang untuk melakukan kebaikan-kebaikan dirumah dengan lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Barokallah….!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)