MENGUNGKAP RAHASIA IBADAH PUASA (Edisi Keempat, 04 Romadhon 1441 H)
Edisi puasa
hari ke empat kali ini, perlu kiranya kita sebagai ummat islam membaca
relevansi puasa dengan mental manusia. Sebagai muslim yang sejati, setiap
kedatangan dan kehadiran bulan Ramadhan yang mulia merupakan sesuatu yang amat
membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat
banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun
di akhirat kelak. Banyak hadits dan ayat al-Qur’an yang menjelaskannya.
Dalam
edisi ini, kami terinpirasi dari sebuah pertanyaan di media whatsApp; kenapa
dalam QS. Al-baqoroh: 183 yang berbunyi:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dalam
ayat ini menggunakan kata-kata آمَنُوا bukan الْمُسْلِمُونَ ? kami menjawabnya dengan sepontan.
Marilah kita sejenak melakukan observasi lapangan seberapa banyak orang yang
berpuasa dan seberapa banyak pula yang tidak berpuasa…? walaupun sebenarnya
hasilnya tidak akan berimbang pastinya yang tidak berpuasa sangat sedikit
sekali, akan tetapi dari yang sedikit itu apakah dia muslim atau non muslim?
Jawabnya mayoritas muslim. Oleh karena itu, kalau hanya mengandalkan ia
beragama islam / muslim belum ada
jaminan untuk bisa melaksanakan ibadah puasa karena ia belum mengetahui dan
memahami akan rahasia dan pentingnya ibadah puasa kecuali ia betul-betul
beriman kepada Allah, ia percaya kalau ibadah puasa diperintahkan oleh-Nya dan
ada tujuan yang jelas bagi pelakunya yaitu “Muttaqin”.
Pertanyaan
kedua, secara mayoritas ummat islam telah melaksanakan ibadah puasa dalam
setiap tahunnya, akan tetapi kejelekan dan kemungkaran senantiasa ada didepan
mata…? Sebagaimana yang kami jelaskan edisi sebelumnya bahwa ibadah puasa
dibagi 3 bagian, yaitu Puasa Orang
Awam, Puasa Khusus dan Puasa Sangat Khusus, dan tidak
sedikit orang muslim yang berpuasa dilevel yang pertama, ia sekedar menahan
tidak makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa termasuk menahan diri
tidak melakukan hubungan suami istri disiang hari. Puasa level ini yang
menyebabkan langgengnya kemungkaran dimuka bumi, ia tidak mengetahui rahasia
puasa yang sebenarnya.
Disinilah
letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu
bagian terpenting dari ibadah Ramadhan sehingga puasa bukan hanya mengatur
rohaniyah tapi juga berdampak pada jasmaniah. Al-imam Al-Ghazali dalam kitabnya
“Ihya’
Ulum ad Din juz 1 hal 296-298” ia mengungkapkan ada enam rahasia puasa yang bisa
kita lakukan untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam ibadah
Ramadhan.
1.
Menundukkan mata dan mencegahnya dari
memperluas pandangan ke semua yang dimakruhkan, dan dari apapun yang melalaikan
hati untuk berdzikir kepada Allah.
2.
Menjaga lisan dari berkata yang tidak
bermanfaat, dusta, mengumpat, fitnah, mencela, tengkar, dan munafik.
3.
Menahan telinga dari mendengar hal-hal
yang dimakruhkan. Karena semua yang haram diucapkan, haram pula didengarkan.
Allah menyamakan antara mendengar dan memakan perkara haram,“sammaa’uuna lil
kadzibi akkaaluuna lis suht”.
4.
Mencegah bagian tubuh yang lain seperti
tangan dan kaki dari tindakan-tindakan dosa, juga mencegah perut dari makan
barang syubhat ketika berbuka. Mana mungkin bermakna, orang berpuasa dari
makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Ibaratnya seperti orang yang
membangun gedung tetapi menghancurkan kota. Nabi Muhammad pernah bersabda,
“Banyak sekali orang yang berpuasa namun yang ia dapat hanya lapar dan haus. Ia
adalah orang yang berbuka dengan haram. ”Wa qiila, “Ia yang berpuasa
lalu berbuka dengan memakan daging sesama, yaitu dengan ghibah.”
5.
Tidak memperbanyak makan ketika
berbuka, mengisi perut dan mulut dengan tidak sewajarnya. Maka, apalah arti
puasa jika saat berbuka seseorang mengganti apa yang hilang ketika waktu siang,
yaitu makan. Bahkan, justru ketika Ramadhan makanan akan lebih beragam. Apa
yang tidak dimakan di bulan-bulan selain Ramadhan malah tersedia saat Ramadhan.
Padahal, maksud dan tujuan puasa ialah mengosongkan perut dan menghancurkan
syahwat, supaya diri menjadi kuat untuk bertakwa.
6.
setelah berbuka hati bergoncang
antara khouf (takut) dan roja’ (mengharap).
Karena, ia tidak tahu apakah puasanya diterima dan ia menjadi orang yang dekat
dengan Allah, ataukah puasanya ditolak dan ia menjadi orang yang dibenci. Dan
seperti itulah adanya di seluruh ibadah ketika selesai dilaksanakan.
Kesimpulannya puasa
bukan hanya tentang perut dan dibawah perut, melainkan pelaksanaan puasa
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, puasa dijadikan sebagai solusi
untuk kaum laki-laki yang belum mampu melaksanakan pernikahan karena hal itu ia bisa menjaga pandangan mata
dan menjaga hawa nafsu kemaluan. Seharusnya puasa merupakan gerakan seluruh
tubuh manusia, puasanya mata, puasanya kaki, puasanya tangan, puasanya telinga,
bahkan hati pun ikut berpuasa.
Puasa tidak hanya
dipandang secara syariat antara sah dan batal. Karena yang puasanya sah hingga
terbenam matahari belum tentu diterima oleh Allah, sebagaimana Nabi juga
menjelaskan: “banyak orang yang melaksanakan ibadah puasa tapi tidak
mendapatkan pahalanya melainkan hanya rasa lapar dan haus dahaga”, hal ini
dikarenakan berpuasanya ummat islam hanya sekedar bisa menjaga dan menahan
tidak makan dan tidak minum belum bisa menjaga seluruh anggota badan dari
hal-hal yang mengganggu ketentraman orang lain, akan tetapi ketika kita berpuasa
disamping menahan dari makan dan minum, shoim juga mengikutkan seluruh
anggota tubuhnya ikut berpuasa dan insyallah puasa dibulan ini tidak ada lagi
kemungkaran dan kemaksiatan yang dikerjakan. Wallahu a’lam bis shawab.

Sangat menginspirasi ustad
BalasHapus