LEVEL-LEVEL SHOLAT TARAWIH (Merefleksikan Kembali Praktik-Praktik Pelaksanaan Ibadah Sholat Sunnah Tarawih Di Bulan Puasa)
Dalam sepuluh hari pertama pelaksanaan
puasa romadhon ini, yang senantiasa ummat islam berharap rahmat dari Allah SWT
sehingga seyogyanya pelaksanaan segala bentuk ibadah seseorang dibulan penuh
berkah ini senantiasa dikerjakan dengan seksama, khuyuk dan tumakninah bahkan
penuh dengan penghayatan makna. Salah satu ciri khas bulan Puasa adalah
pelaksanaan sholat sunnat tarawih. Sholat sunnah ini hanya bisa dikerjakan
dibulan romadhon tidak pada bulan yang lain sehingga puasa dan tarawih
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, bahkan dalam sebuah hadits nabi
menyebutkan bahwa salah satu tujuan ibadah sholat tarawih adalah sebagai
penyempurna ibadah puasa yang dikerjakannya, sehingga tak khayal terkadang ada
ummat islam yang sholatnya musiman setahun sekali yaitu hanya melaksanakan
sholat tarawih.
Dalam pelaksanaan sholat tarawih tidak
jauh berbeda dengan tata cara melaksanakan ibadah sholat lainnya, ia harus
dikerjakan dengan khusuk, tumakninah sesuai dengan syarat dan rukun sholat,
hanya berbeda bilangan rokaatnya sampai
batas 20 rokaat. Yang menjadi topic kami dalam pembahasan ini adalah
praktek-praktek pelaksanaan sholat tarawih yang beraneka ragam bentuknya, penuh
dengan aneka warna dan bervariasi sesuai dengan selera atau bahasa lainnya
sesuai dengan levelnya. Diakui atau tidak, Orang beragama itu punya level yang
berbeda-beda dan biasanya akan cenderung bertahan di levelnya masing-masing
ketika ada yang mengajaknya naik atau turun level.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat
beraneka levelnya. Antara lain: Level 0: Ini level orang tak tarawih.
Dia menyediakan segudang alasan untuk bertahan di level ini, mulai sibuk,
capek, tak ada waktu, hanya sunnah, kerja shift malam dan sebagainya. Bahkan
bukan hanya tidak melaksanakan sholat tarawih tapi juga mengajak orang lain
untuk meninggalkannya dengan berbagai alasannya.
Level 1: Ini level (tingkat)
orang tarawih super cepat hingga 20 rakaat bisa selesai kurang dari 10 menit.
Yang di level ini punya segudang alasan untuk bertahan di sini, misalnya:
pindah mazhab ikut pendapat yang hanya mensunnahkan thuma'ninah, shalat cukup
rukunnya saja dan diambil pendapat yang paling ringan sejagat, sudah capek seharian, masih mending daripada
tidak tarawih dan sebagainya.
Level 2: Ini level (tingkat)
orang tarawih dengan kecepatan medium. Dia sudah thuma'ninah tetapi masih
tergolong cepat sebab semua yang agak panjang dipangkas. Tempo bacaan
dipercepat, surat sependek mungkin, tasbih ruku' dan sujud cukup sekali dan
tahiyyat diambil batas minimalnya. Dia juga cenderung bertahan di level ini
dengan berbagai alasan, misalnya: Ini sudah mencukupi batas minimal dalam
mazhab Syafi'i, kalau tak dipercepat maka jamaahnya akan lari, terlalu capek
bila kecepatannya standar, ini sudah mending daripada yang super cepat atau
tidak tarawih, dan sebagainya.
Level 3: Ini level (tingkat)
orang tarawih dengan kecepatan shalat standar. Di level ini tempo bacaan
normal, pilihan surat juga normal, dan semua sunnah shalat dilakukan seperti
shalat sunnah pada umumnya. Kekhusyu'an shalat mudah dicapai di level(tingkat)
ini. Level ini sudah tergolong level tinggi yang jarang orang mampu. Bertahan
di level ini alasannya bukan lagi capek, atau berapologi (membela, mempertahankan
gagasan) bilang masih mending daripada level (tingkat)di bawahnya, tapi mengaku
tak sanggup naik tingkat lagi. Mereka juga enggan turun level sebab standar
shalat mereka sudah tinggi sehingga mereka tak masalah bila makmumnya sangat
sedikit.
Level 4: Ini level VIP
di mana tarawih dilakukan lebih lama dan lebih khusyuk daripada shalat biasa.
Semua gerakan rukun dan sunnah dilakukan sempurna, tapi pilihan suratnya lebih
panjang dan sujud lebih lama. Biasanya diusahakan tarawih sekaligus khataman
al-Qur’an dalam shalat. Alasan mereka mampu bertahan di level(tingkat) ini
karena goal (tujuan) mereka bukan lagi asal shalat seperti biasa namun berusaha
memaksimalkan (melakukan sebanyak-banyaknya/setinggi-tingginya) momen (kesempatan)
Ramadhan untuk ibadah secara ekstra (luar biasa). Standar (ukuran) ibadah
mereka sudah sangat ideal (sangat sesuai dengan yang dicita-citakan) sehingga
tak peduli lagi apa kata orang awam.
Level 5: Ini level VVIP
di mana tarawih dilakukan super panjang mengikuti tradisi para sahabat Nabi.
Waktu malam di bulan Ramadhan lebih banyak shalatnya daripada tidurnya, bahkan
bisa habis untuk ibadah saja. Tak peduli kaki bengkak dan wajah pucat di pagi
hari, yang penting bisa all-out (mati-matian, dengan seluruh tenaga)
beribadah dengan khusyuk dan tetap memprioritaskan etika ibadah kepada yang
maha kuasa.
Dalam kajian ini, kami sebagai ummat
islam berupaya semaksimal mungkin menjadi yang terbaik dan pelaksanaan ibadah
tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya. Kesuksesan dalam ibadah ini
bukan dilihat dari tingkat strata sosialnya yang sudah mapan tapi ditinjau dari
usaha serta kemauan untuk mendekatkan dirinya kepada sang Pencipta.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya: Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sebagai kata akhir dari coretan kami
ini, agama islam itu adalah agama Rahmatan Lil Alamin, agama yang memudahkan
bukan menyulitkan, agama yang memberikan kedamaian bukan kesengsaraan pada
ummatnya dan lain sebagainya. Ibadah merupakan salah satu sarana dalam agama. Oleh
karena itu dalam menjalankan ibadah-ibadah dalam agama termasuk ibadah sholat
tarawih laksanakanlah dengan tetap memprioritaskan khusuk dan tumakninah tapi
juga tidak memberatkan kepada jamaahnya, lakukanlah ibadah sesuai dengan
kemampuan jamaahnya biar pahala berjamaah tercapai dengan sempurna walaupun
rokaat yang dilakukannya tidak seperti yang dilakukan oleh sebagian pemeluk agama.
Falyatafakkar ….

Sangat bermanfaat bagi saya🙏
BalasHapus