Kepompong Ramadhan: Demi Meraih Kesuksesan Ibadah Puasa (Edisi Kedua, 02 Romadhon 1441 H)


Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqoroh: 183)

Tak terasa sudah hari kedua umat islam melaksanakan perang besar melawan hawa nafsu, tanpa makan dan minum, bahkan juga melawan hal-hal yang mengurangi pahalanya, hal ini dilakukan tidak lain dan tidak bukan semata-mata untuk melaksanakan Ibadah Puasa Romadhon sampai pada tingkatan yang sempurna yaitu derajat “Bertaqwa. Subhanallah, Allah menjadikan sarana puasa untuk membentuk karakter manusia sebagai insanul kamil disisi-NYA dan disisi manusia.
Ibadah Puasa pada tahun ini adalah lebih dahsyat energinya dibandingkan dengan ibadah puasa pada tahun-tahun sebelumnya. Disatu sisi, Umat islam diwajibkan melaksanakan ibadah ini dengan tidak makan, minum, tidak mencaci maki dan tidak melakukan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa, dan disisi yang lain kaum muslimin dan muslimat diberi kewajiban dan kesempatan untuk bermunajat di bulan yang penuh ijabah ini untuk memohon perlindungan dari penyebaran wabah coronavirus 2019. Dua hal ini tidak mudah dilakukan karena perlu kehati-hatian dan kewaspadaan demi tegaknya Hablum Minallah dan Hablum Minannas ala islam di bumi Nusantara.
Sebagai gambaran puasa ala islam Nusantara, Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah SWT, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kembali adalah ketika memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam bulan romadhon, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari ibadah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati jalan di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut berpuasa. Begitupun, kita harus berusaha meningkatkan kualitas puasa dari tahun sebelumnya yang hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dan menahan dari hal-hal yang membatalkannya menuju puasa seluruh badan dengan tidak melakukan kemaksiatan atau bahkan tingkatan puasa kita sampai pada mengetahui makna puasa dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini yang dijelaskan Imam Al-Ghazali RA mengenai tingkatan orang berpuasa, antara lain;
1.   Puasa Orang Awam yaitu puasanya seseorang yang hanya menahan lapar dan dahaga dan menjaga kemaluan dari syahwatnya. 
2.   Puasa Khusus yaitu puasanya seseorang yang menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa, dan puasa ini lebih tinggi dari puasa awam.
3.   Puasa Sangat Khusus yaitu berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan fikiran-fikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain kepada Allah secara totalitas.
Oleh karena itu, Marilah kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan untuk bisanya mencapai tingkatan yang sangat khusus dengan tujuan puasa menjadikan kita sebagai orang yang “Muttaqin” kepada sang Pencipta serta bisa berdampak positif kepada sesama. Sebagaimana Nabi Bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”.   Falyatafakkar......


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)