BERKAMPANYE SECARA SANTUN:Telaah Terhadap Etika Kampanye Secara Islami Dalam Menghadapi Pemilihan Legislative, Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Tahun 2019




Ø  Muqoddimah
Selama beberapa bulan kedepan, perhatian masyarakat akan tertuju pada aksi-aksi kampanye partai politik dan calon yang diusungnya. Aneka macam orasi akan bertebaran bahkan berjuta-juta janji akan diberikan dari satu pangung kepanggung yang lain, begitu seterusnya. Hal itu dilakukan karena semua menginginkan dipercaya sebagai pengemban amanat perjuangan rakyat.tapi haruskah kampanye jadi ajang provokasi?
Lain supporter partai lain pula dengan para juru kampanye (Jurkam). Aksi-aksi di atas panggung juga memiliki karakter berlainan, ada jurkam dari awal hingga ahir orasinya terlihat sangat berapi-api.ada juga yang tidak terlalu bergelora, tapi cukup berwibawa. Itu semua dilakukan hanya demi menarik simpati massa. Oleh  karena itu wajar saja semua kemampuan juru kampanye akan digunakan saat berkampanye. Ironisnya terkadang seorang jurkam justru menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam mempromosikan partai dan calon yang diusung mereka, hal ini kerap kali dilakukan para orator (“Da’i”) dari partai-partai yang berbasiskan islam, selain itu sikap menjelek-jelekkan partai lain atau seorang tokoh tertentu,juga sering di lakukan seorang jurkam untuk lebih meyakinkan pendukung mereka bahwa partai merekalah yang terbaik Ini Di Jaman Old Belum Lagi Di Jaman Now.
Sekilas apapun yang di lakukan oleh mereka sifatnya sah-sah saja demi meraup suara sebanyak-banyaknya, namun terkadang sikap mereka malah menimbulkan Efek Negatif yaitu mudah sekali memancing partai lain. Menyalahgunakan ayat Al-Qur’an, menjelek-jelekkan tokoh tertentu justru akan mengakibatkan rusaknya partai itu sendiri.
Berlandas timpu pada realitas ini seluruh komponen partai, baik para elit partai, para jurkam ataupun supporter partai hendaknya selalu mawas diri dalam melakukan aksi-aksi kampanye.

Ø  Pokok kampanye
Kampanye,sejak awal tak lain sebagai sebuah sarana pendidikan politik bagi masyarakat kecil, karna pada saat itulah, partai-partai politik akan mempromosikan visi-misi dan program-program partai secara transparan kepada khalayak umum. Semua itu diarahkan pada perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan (Prosperity) rakyat. Partai yang berhasil meyakinkan masyarakat melalui kampanyenya, maka dengan mudah akan mendapat dukungan dari rakyat.
Untuk mencapai tujuan itulah, aneka cara dilakukan dalam kampanye partai-prtai politik. Selain diatas ada juga kampanye yang dibungkus pengajian, masang iklan-iklan partai di media-media massa, dialok-dialok terbatas dan lain-lain. Kesemuanya ini tak lain adalah sebagai sarana untuk mendapatkan suara dukungan dari masyarakat.
Akan tetapi tujuan pokok ini terkadang malah diabaikan oleh para politisi. Sering kali yang ditampakkan tak ubahnya provokasi dan bahkan pembodohan terhadap masyarakat. Dalam menggunakan pijakan ayat Al-Qur’an, misalnya penafsiran yang dibuat-buat hanya berdasarkan kepentingan sejenak, sering kali menghiasi panggung-panggung orasi. Hal ini jelas menipu masyarakat awam dan terlebih lagi menyalahi ajaran agama.
Selanjutnya, terkait dengan pendidikan politik kampanye juga seharusnya menjadi ajang memberi informasi sejelas-jelasnya tentang visi-misi partai dan para calonnya kepada para calon pemilih. Karna bagaimanapun pada pemilu nanti, calon pemilih (rakyat) dituntut untuk memberikan kesaksian dalam sebuah bilik suara sebagai sarana menyalurkan aspirasinya. Dengan demikian sepatutnyalah para jurkam memfokuskan tema kampanye yang menekankan adanya pencerahan untuk membantu rakyat menentukan pilihan.
Pengalaman dimasa-masa pemilu sebelumnya, masyarakat hanya digunakan untuk unjuk kekuatan. Siapa yang lebih besar menggunakan massa, lebih berani bertingkah dijalanan bahkan lebih nekat melanggar aturan, merasa sebagai partai yang lebih hebat. Oleh karma itu pada pemilu kali ini dengan sistem yang relative baru bagaimana para Actor Politik menitik beratkan pada pendewasaan politik rakyat.
Dari realita tersebut setidaknya ada 3 tema  pokok kampanye yang perlu dilakukan oleh para jurkam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Pertama, Metode Hikmah. Yang dimaksud dengan thariqoh ini adalah seorang jurkam dianjurkan menggunakan pendekatan nalar (Rasio) atau ritorika ilmiah dikala berhadapan dengan komonitas tertentu yang memang akrap dengan ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan pengetahuan yang mempuni sehingga mereka biasa menemukan hakikat kebenaran melalui kaidah-kaidah yang mereka miliki itu.
Kedua, Metode Mau’idzah Hasanah. Dalam metode ini, seorang jurkam mengajak orang-orang saat itu melalui penyampaian pelajaran-pelajaran atau berupa pesan-pesan yang baik. Kandungan pesan-pesan yang disampaikan dalam cara seperti ini lebih bersifst praktis tidak terlalu teoritis. Begitupun seorang jurkam harus bisa memberikan percontohan yang baik dengan menerapkan sendiri apa yang telah disampaikan itu. Dengan demikian apa yang telah disampaikan lebih berdampak positif terhadap Audiencenya.
Ketiga, Tehnik Berdialok. Berdasar metode ini seorang jurkam melakukan dialok dengan audiencenya sehingga antara jurkan dengan orang tersebut mempunyai suatu pemahaman terhadap visi dan misi kampanye.
Dari ketiga metode ini dapat ditarik kesimpulan bahwa jika yang dihadapi adalah komonitas-komonitas terpelajar, seorang jurkam mungkin perlu mengkampanyekan visi misi beserta program partainya serasional mungkin disertai dengan argumentasi yang kuat, disamping itu Debat Public antar partai sangatlah dibutuhkan dan cukup relevan untuk dilakukan. Namun berbeda jika yang dihadapi adalah masyarakat awam “masyarakat secara mayoritas” otomatis yang dibutuhkan hanyalah berupa pesan-pesan kampanye yang lebih gamblang  dan mudah untuk dipahami serta sifat-sifatnya lebih praktis.
Begitupun, seorang jurkam hendaknya tidak menjelek-jelekan lawan politiknya, karena perbuatan itu telah melenceng dari esensi kampanye yang seharusnnya memberikan pendidikan politik dan mengajarkan pendewasaan  terhadap msyarakat.

Ø  Akhiran
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam kampanye adalah efektifitas dan materi penyampaian pesan politik terhadap audiencenya.  Materi yang akan disampaikan haruslah sesuai dengan tujuan dan sasaran kampanye, sehingga manakala yang dihadapi termasuk kelompok yang pendidikan menengah kebawah hendaknya menggunakan bahasa dan materi yang setingkat mereka dan seandainya audiencenya dari kelas pendidikan tinggi maka seharusnyalah menggunakan metode dan sarana yang tepat untuk mereka.
Dan yang lebih penting dalam kampanye adalah menjalin hubungan yang harmonis antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya bukan justru sebaliknya dengan adanya kampanye akan menyebabkan sempitnya hubungan kekeluargaan.[Falyaammal]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)