Belajarlah Pada Kepompong Demi Meraih Kesuksesan Ramadhan
Tak terasa sudah hari kedua umat islam melaksanakan
perang besar melawan hawa nafsu, tanpa makan dan minum, bahkan juga melawan
hal-hal yang mengurangi pahalanya, tidak lain dan tidak bukan yaitu melaksanakan
Ibadah Puasa Romadhon namanya. Subhanallah, Allah menjadikan sarana puasa untuk
membentuk karakter manusia sebagai insanul kamil disisi-NYA dan disisi manusia
terutama indonesia.
Ibadah Puasa pada tahun ini adalah lebih dahsyat
energinya dibandingkan dengan ibadah puasa pada tahun-tahun sebelumnya. Disatu
sisi, Umat islam diwajibkan melaksanakan ibadah ini dengan tidak makan, minum,
tidak mencaci maki dan tidak melakukan hal-hal yang bisa mengurangi pahala
puasa, dan disisi yang lain kaum muslimin dan muslimat diberi kewajiban dan
kesempatan untuk bermunajat di bulan yang penuh ijabah ini untuk memohon
petunjuk memilih penguasa indonesia tercinta ini. Dua hal ini tidak mudah
dilakukan karena perlu kehati-hatian dan keseriusan demi tegaknya Hablum
Minallah dan Hablum Minannas ala islam di bumi Nusantara.
Sebagai gambaran puasa ala islam Nusantara, Pernahkan
Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat bulu memang
menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat
ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia
harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan
keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat
indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu
dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin
mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk
keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda
Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa
Jalla, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak
disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya.
Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan
aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam
(sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin
Al Qur'an dan Al Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke
dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan
yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kembali adalah
ketika memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam bulan romadhon, lalu segala
aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari
Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang
berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari ibadah Ramadhan ternyata adalah melatih diri
agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya."
(QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam
mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat
pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai
Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif
mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi
seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa
nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan
itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena
syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala,"
demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan
ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan
sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya
kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus
ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan
seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau
melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita
kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada
keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani
dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan
dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang
sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada
bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati jalan di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda
Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu
Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara
memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya
akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak
sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna
mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga
menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian
akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini
merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai
disia-siakan. Selamat berpuasa di bulan romadhon ini semoga menjadi berkah.....falyaf 'al

Alhamdulillah bermanfaat...makanya dalam suluk juga menggunakan tirai lakdana kepompong
BalasHapus