ISNU BONDOWOSO: SIAP MENGAWAL ASWAJA DAN MENJAGA NKRI (Pandangan Tokoh NU dalam kegiatan ISNU Bondowoso) Edisi Pertama



Acara perdana ISNU Cabang Bondowoso yang dikemas dengan acara ngabuburit bareng tokoh agama, tokoh masyarakat dan para ilmuwan pada kamis, 30 Mei 2019 dengan tema " Menggali Potensi Ekonomi dari Jendela kebudayaan menuju Bondowoso melesat dan Jatim Sejahtera". acara ini  menghadirkan Direktur Pascasarjana IAIN Jember Prof DR H Abd Halim Soebahar MA,  Honest Dody Molasy (Unej), Cristyan Agung selaku pegiat budaya, serta di hadiri tiga ratusan Sarjana. Walaupun dalam kondisi melaksanakan puasa namun kegiatan ini berlangsung sangat meriah dan berfikir secara dinamis mengangkat isu-isu yang bersifat lokal dan komtemporel. Termasuk isu NKRI.
KH Mas’ud Ali selaku Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bondowoso saat memberikan sambutan pada kegiatan ISNU dan buka bersama ini menyampaikan : “Ada dua hal yang mendasari berdiri Nahdlatul Ulama yakni mewujudkan kedaulatan dan kemerdekaan negeri ini,” Dan hingga kini bangsa Indonesia telah merdeka, bahkan akan memasuki usia 74 tahun. “Artinya hari ini kita sudah merdeka, yang kesemuanya antara kemerdekaan dan kelompok pemuda tidaklah bisa dielakkan. Bahkan dalam sebuah hadits nabi menyampaikan: pemuda dan pemudi hari ini adalah merupakan putra harapan bangsa pada periode berikutnya," ungkapnya.
Menurut kiai yang alumni pesantren ini, yang perlu diperkuat oleh pemuda-pemuda sekarang terutama para sarjana-sarjana muda adalah mewujudkan kemerdekaan itu seperti harapan pendahulu. “Yakni bagaimana peran kita di tengah masyarakat yang harus menyesuaikan dengan cita-cita para pendahulu,”. Khusus kepada ISNU, dirinya berharap peran-peran intelektual di kalangan sarjana hendaknya bisa dimaksimal. “Karena inilah kepentingan yang selalu kita bawa sebagai pengurus NU di semua tingkatan,” jelasnya. Dirinya juga mengamanatkan semua perangkat yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama harus sejalan dan senapas dengan jamiyah ini. Beliau juga menyampaikan data yang dihasilkan dari hasil penelitian bahwa yang banyak memproduksi kabar bohong atau hoaks adalah para kaula muda dan para sarjana. “Ini fakta yang kurang baik, karena bagaimana mungkin kalangan yang sudah memiliki intelektualitas tinggi justru melakukan tindakan tidak terpuji,” sergahnya.
Dalam pandangannya, tersebarnya kabar bohong dan ujaran kebencian selama ini tentu menyiderai komitmen dan harapan pendiri bangsa yakni para kiai dan ulama. “Karenanya, kita ingin semangat dan kemauan sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh kiai, demi menjaga keberlangsungan dan keutuhan negara serta bangsa,” harapnya. Sedangkan untuk membedakan gerakan dalam menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa sebagaimana cita-cita para muassis, maka yang harus dikedepankan sarjana NU yakni memelihara ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah.
“Jadi, tugas ISNU adalah memastikan keberlangsungan negeri yang menghiasinya dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah,” tegasnya. Menurutnya, inilah sumbangsih terbesar yang dapat dilakukan ISNU. "Jika berperan sesuai dengan semangat dan cita-cita para dahulu, maka peran ISNU akan memberikan kontribusi besar kepada bangsa dan negara, serta bagi tegaknya ajaran Ahlussunnah wal Jamaah." tandasnya.
Tidak hanya itu, peran aktif ISNU dalam masa millennial tahun ini sangatlah penting untuk digerakkan. Dalam kondisi curat marutnya media dan bertebarannya fitnah baik melalui media massa ataupun lebih-lebih media online yang selalu diarahkan terhadap perkerdilan NU sebagai organisasi islam dan kemasyarakatan. Pengurus yang satu dibenturkan dengan pengurus lainnya, kiai yang ini dengan yang itu, bahkan titel ulama juga diperebutkan. Oleh karena itu, lahirnya ISNU Bondowoso dan gerakannya mengawal aswaja dan menjaga NKRI ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya berstatus pengurus ISNU namun juga bisa ikut berpartispasi dalam menggerakan program-programnya yang sekiranya banyak memberikan kontribusi pemikiran dan kegiatan di masyarakat. Falyaf’al

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)