Puasa Sebagai Media Introspeksi Diri
Problematika terbesar
kita sebagai umat Islam mayoritas di Indonesia adalah saat ini kita kurang
dihargai oleh orang lain. Salah satu buktinya, baru saja Indonesia melaksanakan Pemilihan Umum (PEMILU) secara serentak,
Pemilihan Presiden, DPR dan DPD. Walaupun belum purna rekapitulasi penghitungan
suara ditingkat nasional, namun secara Quick Count ataupun Real Count pemenang
pemilu sudah bisa diketahui khalayak ramai. Anehnya partai-partai berbasis
islam tidak berbanding lurus dengan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk
agama islam, justru perolehan suaranya tergolong mengenaskan. Jawabannya, bisa
jadi karena kita mengaku sebagai umat Islam tetapi tidak tampak ciri kita
sebagai ummat Islam.
Contoh lainnya,
sering dijadikan sebagai bahan gunjingan dimedia social ataupun cetak terkait
dengan tindakan krinimal yang tejadi dimasyarakat sekitar. Siapa yang melakukan
pencurian…? siapa yang membunuh?melakukan perzinahan? Pengguna dan pengedar
barang haram? Dan tindakan amoral lainnya, jawabannya anda pasti lebih tahu
dari segalanya…! Hal ini tentunya bukan ersoalan kecil dan sepele tapi ini
adalah problematika besar dan serius yang perlu segera diselesaikan.
Puasa di bulan
Ramadhan yang saat ini kita laksanakan merupakan sarana, media dan tempat yang
tepat untuk menemukan jawabannya dan mengintropeksi diri kita dengan cara
bersungguh-sungguh menampilkan ciri keislaman kita. Tentu saja ciri keislaman kita
ini tidak identik dengan atribut penampilan yang luar biasa, mewah dan tidak
pula sulit untuk kita kerjakan dimanapun ummat islam berada.
Berikut ini
adalah beberapa ciri yang dianjurkan untuk kita lakukan di bulan Ramadhan. Pertama,
puasa bagi umat Islam adalah tempat yang tepat untuk membentuk keteladanan,
"Uswatun Hasanah". Begitu banyak waktu, banyak tenaga, banyak
pikiran, dan banyak tempat yang tepat untuk bisa kita melakukannya. Jadi
andaikata kita bertanya mengapa keadaan rumah tangga, kantor, atau masyarakat
belum sesuai dengan harapan. Pertanyaan pertama harus dilakukan pada diri kita
sendiri, contoh apakah yang sudah kita perlihatkan sebagai seorang muslim.
Sepatutnya sebagai seorang ayah atau ibu harus bertanya, "Saya memberi
contoh apa kepada anak-anak ?".Jangan terlebih dahulu menyalahkan anak.
Bagaimana mungkin mengharapkan anak santun lembut sedangkan di rumah ibu bapak
bersikap keras dan kasar ?. Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak menjadi
arif kalau kita sendiri di rumah seperti diktator ?. bagaimana bisa
mengharapkan anak rajin sholat, rajin belajar dan lain sebagainya sedangkan
orang tuanya jarang beribadah bahkan selalu sibuk dengan persoalan media
sosialnya.
Andaikata kita
sebagai guru atau dosen, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, contoh apa
yang sudah kita berikan kepada murid-murid dan mahasiswa?. Bagaimana siswa dan
mahasiswa tidak merokok kalau guru dan dosennya sendiri masih melakukannya,
bahkan dikerjakan di depan murid dan mahasiswanya. Bagaimana mungkin murid dan
mahasiswa akan memuliakannya sementara dirinya belum menghormati murid dan
mahasiswanya. Inilah yang dikatakan sayyidina Ali RA “ Dahulukan etika daripada
ilmunya. Ilmu masih ada jenjang dan perbedaanya tapi etika tidak mengenal siapa
yang ada didepannya. Andai kata kita sebagai pimpinan, pertanyaannya adalah
suri tauladan apa yang saya tampilkan kepada anggota karyawan atau bawahan ?. Bagaimana
mungkin karyawan akan disiplin kalau pemimpinnya tidak disiplin ?. Bagaimana
karyawan atau anggota akan hemat jika pemimpinnya bermewah-mewahan ?. Bagaimana
mungkin karyawan akan memelihara dirinya kalau pemimpinnya arogansi dalam
kebijakannya.
Kegigihan
untuk jujur kepada diri sendiri yang akan membuat kita menemukan kekurangan yang
bisa dijadikan program perbaikan pada diri sendiri. Dan kegigihan kita
memperbaiki diri adalah upaya sebenarnya memperbaiki orang lain. Apa artinya
memperbaiki orang lain sedangkan diri kita sendiri semakin terpuruk dalam
keburukan. Suri tauladan adalah langkah strategis yang dicontohkan oleh
Rasullullah SAW. di dalam membangun kemuliaan Islam. Ciri khas seorang muslim
yang baik adalah pribadinya harus selalu menjadi figur suri tauladan bagi anak
buahnya.
Kedua, Ramadhan
harus menjadi bulan kebersihan. Islam dengan segala dimensianya berawal dari kebersihan.
Sholat didahului dengan berwudhu’, karena dengan berwudhu manusia akan menjadi Indah
dan keindahan itu adalah sesuatu yang dicintai Allah SWT. Shalat Tanpa wudlu tidak
akan sah, wudlu itu bukan hanya membersihkan tetapi juga mensucikan. Seperti firman
Allah dalam ayat Al-Qur'an "Qad Aflaha Manzakkahaa Waqod Khaabaman
Dassaha" Artinya "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
membersihkan jiwanya, dan sesungguhnya kerugian besar orang yang
mengotorkannya." Sungguh yang bersih itulah yang akan membuat sukses,
bahagia (QS: Asy-Syams 910).
Orang mengeluarkan
zakat tujuannya adalah untuk membersihkan diri dari sebagian harta orang lain, begitu
juga haji harus dimulai dengan suci dari hadats kecil dan besar. Hanya puasa
yang tidak harus dimulai dari bersuci karena memang ibadah puasa adalah sarana
untuk menjadi muslim menjadi suci. Banyak dalil Al-quran dan hadits yang menjelaskan
tentang kebesrsihan dan kesucian ini. Bahkan nabi Muhammad SAW dalam sebuah sabdanya
menyampaikan; bahwa kebersihan adalah bagian dari keimanan seseorang. Dan sesungguhnya Allah mencintai kebersihan,
"innallaha yuhibbu tawwabiina, wayuhibbu mutakahiriin", sesungguhnya
Allah mencintai orang yang senantiasa bertaubat dan orang yang bersih.
Dibulan romadhon
kita harus berjuang keras untuk mengevaluasi gaya hidup kita dengan cara selalu
menjaga kebersihan baik raga ataupun jiwa. Karena bagaimanapun akal yang bersih
berada pada jiwa rga yang bersih pula, dan begitupun sebaliknya akal yang kotor
karena dipengaruhi oleh jiwa raga yang kotor. Oleh
karena itu, Ramadhan ini adalah bulan bersih. Sekuat-kuatnya kita bersihkan
dari yang lahir sampai yang batin. Pastikan Ramadhan ini kamar kita bersih,
rumah kita bersih, kamar mandi bersih dari sampah, bersih dari barang-barang
yang akan membuat ria, bersih dari barang milik orang lain, bersih dari barang
yang tidak berguna. Karena kalau rumah sudah kotor dari banyak barang yang
haram, barang yang ria, barang yang sia-sia, maka rumah itu tidak akan
menyenangkan tidak akan barokah.
Begitu pula
dengan harta kita mulai sekarang harus bersih, makan dan sahur puasa kita jangan
sekali-kali tercemari oleh hak-hak yang tidak halal bagi kita. Harta yang
bersih akan penuh barokah harta yang haram akan penuh fitnah, demikian pula
aktivitas bekerja kita bersih pula dari kelicikan. Kita nikmati kejujuran,
pandangan harus bersih sekuat-kuatnya jaga dari apa yang diharamkan oleh Allah
agar bening dan nikmat hati ini. Kata-kata kita pun harus bersih dari kekejian,
bersih dari kata-kata yang hoaxz, bersih dari kata-kata mencela, menghina orang
lain, bersih dari fitnah, pilihlah dari khazanah kata-kata yang ada, kata-kata
terbaik.
Dibulan romadhon
kita selalu menjaga tubuh kita harus bersih, pakaian harus bersih, mandi yang
bersih, rambut yang bersih. Begitu pula dengan hati kita harus jaga hati ini,
hindari buruk sangka sekuat-kuatnya dan berbaik sangka pada orang yang beriman.
Perangilah kedengkian jangan sampai selama Ramadhan ini dilanda dengan
kedengkian, kedendaman yang tidak diharapkan oleh Allah. Upayakanlah semuanya
bersih lahir batin, harta benda bersih, pikiran bersih. Insya Allah akan
menambah keberkahan Ramadhan ini.
Dan yang
terakhir, Ketiga, bulan
Ramadhan ini adalah merupakan ciri khas orang muslim untuk menjadi muslim yang berkualitas,
karena memang bulan ramadhan adalah bulan yang paling berkualitas dibandingkan
dengan bulan lainnya. Oleh karena isilah
hari-harinya selama bulan romadhon dengan hal-hal berkualitas, berharga tinggi
dihadapan Allah, jam demi jam maupun detik demi detik berkualitas tinggi
dihadapan Allah oleh karena itu tidak patut kita melakukan apapun kecuali yang
sangat berkualitas. Jangan pernah kita berbicara kecuali dengan kata-kata yang berkualitas.
Jangan melihat kecuali yang berkualitas. Jangan mendengar kecuali suara-suara
yang berkualitas. Jangan berpikir kecuali memikirkan yang berkualitas. Jangan
pula melangkah kecuali kaki ini dilangkahkan ke tempat-tempat yang berkualitas dalam pandangan Allah.
Sungguh bila
kita mengisi Ramadhan ini dengan aneka amal ibadah seperti yang diuraikan di
atas. Insya Allah dengan karunia Allah, di akhir Ramadhan tahun ini kita akan keluar
dari problematika-problematika keluarga, social, politik, Agama dan bahkan problematika
Negara dan bangsa. Subhanallah……

Komentar
Posting Komentar