PUASA DAN REVOLUSI MENTAL MANUSIA
Edisi puasa hari ke empat kali ini, perlu kiranya membaca relevansi puasa dengan mental manusia. Sebagai muslim yang sejati, setiap kedatangan dan
kehadiran Ramadhan yang mulia merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita.
Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang
akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka
tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan. Dr.
Yusuf Qardhawi dalam kitabnya “Al Ibadah Fil Islam” mengungkapkan
ada lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan
kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.
Pertama, Menguatkan
Jiwa. Dalam hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh
hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya
meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta
merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi
hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu
yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat
duniawi.
Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami
kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang
melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan kepada Allah SWT sebagai
Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada
kesesatan. Dalam QS. Al-Jatsiyah:23 Allah berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ
عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ
غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Artinya: Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (QS. Al-Jatsiyah:23)
Ibadah
puasa akan menjadi sarana manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya yang
membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan puasa manusia akan memperoleh
derajat yang tinggi yang senantiasa doanya dikabulkan oleh Allah SWT,
Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
ثَلاَثَةٌ لاَتُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اَلصَّائِمُ
حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإمَامُ الْعَادِلُ وَالْمَظْلُوْمُ
Artinya: Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak
do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a
orang yang dizalimi. (HR. Tirmidzi)
Kedua, Mendidik Kemauan. Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan
yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu
terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus
mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu
besar. Karena itu, Rasulullah SAW menyatakan:
عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : « الصوم نصف الصبر
Artimya: dari abi hurairoh RA Rasulullah bersabda: Puasa itu setengah dari
kesabaran.
Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan
rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat
seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau
kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat
seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat
sulit.
Ketiga, Menyehatkan Badan. Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang
baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani.
Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah
dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita
tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat
tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang
masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi
perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga
untuk air dan sepertiga untuk udara.
Keempat, Mengenal Nilai Kenikmatan. Dalam hidup ini,
sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia,
tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak
terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan
tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan
merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena
begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih
mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh
memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi
juga disuruh merasaakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah
berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan
minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita
berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa
sebiji kurma atau seteguk air.
Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna
mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar
kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti
kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa
syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah
atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih. (QS 14:7).
Kelima, Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain. Merasakan
lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang
kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara
penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa
akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin
lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi,
seperti penderitaan
saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa
solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan
zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi
persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi
kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang
mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan
dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya.
Allah berfirman : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah
untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103). Falyataammal….
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah
untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103). Falyataammal….
Komentar
Posting Komentar