PUASA DAN STAY AT HOME (Solusi Tepat dan Cepat Mengoptimalisasikan Keluarga Lebih Berkualitas)


Hidup kita bukanlah miliknya
Tapi hidup kita yang kita manfaatkan untuknya
Adalah hidup kita yang sebenarnya. 

Mengubah perilaku ternyata tidaklah cukup hanya dengan contoh, akan tetapi kita juga harus mau mendidik, melatih, dan membina secara sistematis, berkesinambungan, dan terus menerus. Setiap diri kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin, istri pemimpin dan anakpun menjadi pemimpin, minimal adalah pemipin bagi dirinya sendiri. Seorang pemimpin haruslah punya kesabaran dalam mendidik, membimbing, melatih, dan membina yang dipimpinnya dengan penuh kasih sayang. Bahkan dia harus memiliki kesabaran pangkat tiga. Sabar, sabar, dan sabar. Proses ini merupakan bagian dari perubahan kondisi keluarga, pepatah mengatakan bisa karena biasa, biasa haruslah dipaksa untuk menuju kelaurga yang bahagia.
Subhanallaah, demikian indahnya kebersamaan sebuah keluarga yang memiliki komitmen yang luar biasa akan penambahan ilmu pengetahuan.  Sembari mendidik dan melatih, maka semestinya kita buat pula aturan atau sistem. Buatlah aturan di rumah kita, di kantor kita, di organisasi kita, atau dimana pun agar orang lain bisa terbantu untuk berubah sesuai yang diinginkan. Suatu sistem akan segera hancur berantakan jika tidak memiliki aturan main. Jalan raya yang tanpa aturan, akan kacau balau, macet dimana-mana. Setiap orang berebutan, saling mendahului, dan berhenti dimana saja. Begitu pun rumah tangga yang tidak memiliki aturan main yang benar, yakin sekali rumah tangga yang semacam ini akan segera hancur. Anak tidak dididik agama secara serius, ibadah dibiarkan semaunya, dan tidak diberi contoh yang benar oleh orang tuanya. Saat-saat bersama di rumah tidak ada aturannya. Tidak punya aturan yang real bagaimana mendidik anak menjadi lebih baik. Karenanya rumah tangga yang tidak punya komitmen untuk sebuah aturan bahkan lagi tidak tahu aturan, akan cenderung saling menyakiti, saling melukai, dan saling menghancurkan.
Tegakkanlah aturan yang adil, yang dibuat atas kesepakatan bersama. Lingkungan kerja kita harus merupakan sistem yang kondusif yang dapat membantu orang berubah menjadi lebih baik. Haruslah terjadwal jam berapa melaksanakan sholat berjanaah bersama keluarga, baca Al Qur’an, jam berapa bersama memecahkan masalah, jam berapa bertukar pikiran, jam berapa harus bersilaturahmi, jam berapa harus bercengkerama, dan lain sebagainya. Kita harus membuat aturan yang jelas. Yakinlah bahwa rumah tangga yang tidak punya aturan, tidak punya sistem yang bagus, lambat laun akan berantakan dan menderita. Dan pastinya semua orang menginginkan keluarganya sempurna dan berlomba-lomba mencapai keharmonisan dalam keluarganya. Begitu juga keharmonisan keluarga bukanlah ditentukan dengan sekedar materiil tapi ditentukan dengan terjadinya saling pengertian, saling memahami, saling mengisi dan melengkapi akan kekurangannya, terciptanya kepala keluarga yang adil, istri yang sholehah, terdidiknya anak yang berakhlakul karimah dan terciptanya keluarga yang barokah. Hal ini yang yang dipesankan dalam QS. Ar-Rum; 21

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ   
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum; 21)

Melaksanakan ibadah puasa di Era Pandemi Covid 19 dalam kondisi Stay At Home (bertahan dirumah) adalah waktu yang tepat dan cepat untuk melakukan perubahan bersama keluarga. Justru keberadaan pandemi ini menjadi bahan evaluasi dalam diri kita. Jangan salahkan corona ketika diantara keluarga tidak lagi bersama dan saling bercengkrama, Bermuhasabahlah kita, siapa tahu ini merupakan teguran karena kita telah menyia-nyiakan keluarga dan terlalu sibuk dengan kerja, jangan salahkan corona ketika sholat berjamaah tidak lagi sesuai dengan syariatnya, berfikirlah, mungkin karena kita melalaikan keluarga sebagai jamaahnya.
Disatu sisi, sebagai insan taat beribadah pastilah puasa akan selalu menjadi kewajiban dan disisi yang lain sebagaimana anjuran pemerintah untuk meminimalisir penyebaran virus covid 19 ini dianjurkan senantiasa tidak keluar rumah selama tidak ada tuntutan. Kedua hal ini merupakan hubungan Simbiosis Mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan). Sehingga melaksanakan ibadah puasa dengan tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan dirumah baik sebagai kepala keluarga, istri ataupun kita sebagai anak tentunya berdampak positif terhadap dirinya. Bisa melaksanakan sholat berjamaah bersama keluarga, tadarrus bersama, belajar bersama,  mengerjakan tugas sekolah didampingi orang tua, anak bisa aktif membantu orang tua, menyelesaikan problem keluarga, masalah keuangan atau masalah-masalah diluar rumah dan lain sebagainya. Sebagaimana yang dipesankan Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا ، زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنَ
Artinya: Sholatlah Kamu Dirumahmu Dan Jangan Jadikan Sebagai Kuburan, Hiasilah Al-Qur’an Dengan Suara Merdumu, Dan Sesungguhnya Syaithan Akan Lari Dari Rumahmu Yang Didalamnya Penuh Dengan Bacaan Al-Qur’an.
Hal ini akan berbeda dengan pandangan sebagian kecil orang yang mengatakan hidup dirumah tanpa melaksanakan aktifitas diluar dianggap sebagai sarang yang menyebabkan stress, sumpek dan penuh dengan segudang permasalahan, sungguh rugi sekali ketika hal ini terjadi pada kita lebih-lebih dilakukan dibulan suci romadhon.
Rumah tangga “SAMAWA” atau istilah lainnya “Bayty Jannaty” yang  mayoritas orang mengidamkannya namun bukanlah hal mudah diraih oleh seseorang kecuali keluarga tuntunan kita yaitu keluarga Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi walaupun sulit dicapai bukan berarti tidak bisa didapatkan tergantung ikhtiar diiringi dengan doa seseorang. Stay At Home dibulan romadhon adalah merupakan kegiatan ikhtiyar manusia untuk mencapai tujuan dengan didukung kekuatan ruhiyah, yaitu Do’a, karena bulan puasa adalah salah satu bulan yang mustajabah untuk memanjatkan do’a kepada yang Maha Kuasa. Ingatlah bahwa do’a adalah pengubah takdir. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan dengan kekuatan fisik, tapi yakinlah bahwa Allah SWT Maha Menguasai, Maha Pembolak-balik hati setiap makhluk-Nya, dan tidak jarang dengan do’a yang dikabulkan semuanya akan menjadi kenyataan.
Keluarga sakinah akan terbentuk ketika meliputi dua hal. Pertama, adanya kesetiaan dan kasih sayang antara keluarga, antara suami, istri dan anak serta orang tua dan hal ini telah bisa dilihat dari kebersamaan mereka dengan lainnya ketika makan buka sahur bersama, sholat bersama dan lain sebagainya. Kedua, terjadinya system pembagiankerja yang jelas yang adil antara keluarga, tugas suami, tugas istri dan anak, begitupun pemberian hak dan tanggung jawab yang merata diantara kekuarga. Berat Sama Dijinjing Dan Ringan Sama Dipikul itulah motto keluarga sakinah.
Karena itu, kekuatan ibadah, kekuatan do’a dan kekuatan munajat yang dilakukan secara bersama-sama harus menjadi tulang punggung dalam kelurga, menjadi senjata untuk mengubah pola pikir dan kehidupan anak-anak termasuk merubah pola hidup suami dan istri menuju arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tegakkanlah di rumah tangga kita aturan dengan baik, panjatkan pula do’a secara terus menerus, melimpah dari lisan kita, orang tua selalu memberikan contoh dan tuntunan bukan tontonan, keluarga bisa mengajak untuk melakukan kebaikan-kebaikan bukan sekedar menyuruh untuk melakukannya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dalam membentuk keluarga.
Rasulullah SAW itu meskipun sedikit bicaranya, tapi jadi monumental sampai sekarang dalam membentuk keluarga SAMAWA banyak hadits dan ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan  Hal ini terjadi karena pribadinya sungguh luar biasa. Bermilyar kata terungkap dari pribadinya. Ketulusan beliau dalam mengajak keluarga dan orang lain berbuat lebih baik, membuat pribadi dan kata-katanya tersimpan di hati orang lain. Ingat baik-baik, hati hanya bisa disentuh oleh hati. Emosional dalam memberi contoh, emosional dalam mendidik, emosional dalam membuat aturan, emosional dalam bersikap, tidak akan masuk ke hati keluarga, bahkan justru akan membuat hati mereka terluka.
Endingnya, menyelam sambil minum air, sekali mendayung dua pulau terlampaui. Melaksanakan ibadah puasa dan stay at home dimusim pandemi covid 19 merupakan suatu cara yang tepat dan cepat untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah warohmah dan menjadikan rumah kita adalah ibarat syurga didunia. Mudahan kita semua dapat mengevaluasi diri masing-masing dalam keluarga. Hidup cuma sekali, kenangan terindah bagi keluarga dan anak-anak kita, jadilah suami sebagai kepribadian ayah ibunya yang benar-benar mulia. Kenangan terindah bagi masyarakat di sekitar kita adalah kearifan diri kita. Jangan sampai orang sibuk membicarakan contoh keburukan pribadi keluarga kita daripada kebaikan-kebaikan keluarga kita, Naudzubillaah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PAI VI A TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PUASA DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI ERA PANDEMI COVID 19 (Edisi Ketiga, 03 Romadhon 1441 H)

RITUAL QURBAN: Dari Theosentris Menuju Antroposentris (Bagian Kedua)